Usut Sarirejo: Para Korban Sebut Oknum TNI AU Membabi-Buta
Array A. Argus: "Kami sudah bilang kami wartawan, kami tunjukkan kartu kami, tapi semakin dipukuli. Katanya gak urusan kami. Saya ingat beberapa nama yang menginjak-injak dan yang mengancam akan mengeluarkan isi perut saya".
KABARRIAU.COM, MEDAN - Dua dari sejumlah korban penembakan, Indra Wahyu (19) dan Fadli (22), mengaku hanya sedang melakukan aktivitas rutin saat oknum TNI Angkatan Laut Lanud Soewondo menembak secara membabi-buta.
Keduanya juga bukan merupakan bagian dari warga Kelurahan Sari Rejo, Kecamatan Medan Polonia, yang unjuk rasa, Senin (15/8/2016) lalu.
Saat penembakan tersebut terjadi, Wahyu mengaku sedang istirahat di samping rumahnya usai pulang bekerja. Karena tidak tahu apa-apa, Wahyu mengaku hanya duduk saat para oknum TNI Angkatan Laut Lanud Soewondo mengejar sejumlah warga. Namun nahas, lengan kiri Wahyu ditembak dalam jarak sepuluh meter.
"Saya siap kerja duduk di samping rumah. Saya lihat tentara lari-lari mengejar warga. Waktu sudah dekat dengan saya, sekitar sepuluh meter, ada yang menembak dan saya langsung lari. Saya heran juga kenapa kok saya yang ditembak," ujarnya saat ditemui di kediamannya Jalan Teratai, Kamis (18/8/2016).
Sama halnya dengan Wahyu, Fadli juga mengaku tidak mengetahui alasan oknum TNI Angkatan Laut Lanud Soewondo menembak lengan kanannya. Menurut Fadli, penembakan tersebut terjadi saat dirinya berdiri di depan gang rumahnya untuk melihat keributan yang terjadi.
"Posisi saya berdiri saja. Setelah dengar ada yang ribut-ribut, saya keluar rumah. Sampai di depan tiba-tiba ada yang menembak dan saya langsung lari," ujar Fadli di tempat yang sama.
Menurut Fadli, situasi di sekitar kediamannya pada saat kerusuhan terjadi sangat mencekam. Ia mendengar suara teriakan dari ibu-ibu rumah tangga dan tangisan anak-anak saat sejumlah oknum TNI Angkatan Laut Lanud Soewondo mengejar sejumlah warga.
Puluhan warga dan dua jurnalis menderita luka fisik akibat penganiayaan yang dilakukan oknum TNI Angkatan Udara Lanud Soewondo. Kejadian tersebut terjadi saat warga Kelurahan Sarirejo melakukan aksi unjuk rasa terkait sengketa lahan pada Senin (15/8/2016) lalu.
Sedangkan dua jurnalis yang menjadi korban penganiayaan, yakni Array A. Argus (Harian Tribun Medan) dan Andri Safrin (MNC TV), mengalami luka-luka yang menyebabkan keduanya mendapatkan perawatan medis di rumah sakit.
Array A. Argus menderita luka memar pada sekujur tubuhnya. Array juga mengeluhkan rasa sakit di tulang rusuk kanan setelah dipukul dengan benda tumpul dan diinjak-injak oleh oknum TNI Angkatan Udara Lanud Soewondo.
Sementara itu, Andri Safrin tidak hanya menderita luka fisik di tubuhnya. Dompet, kamera dan ponsel Safrin juga dirampas serta dirusak oleh oknum TNI Angkatan Udara Lanud Soewondo. Parahnya, Safrin telah dinyatakan mengalami retak tulang leher seusai mendapatkan pemeriksaan medis.
Tidak hanya melakukan penganiayaan terhadap para jurnalis, ulah oknum TNI Angkatan Udara Lanud Soewondo juga menyebabkan puluhan warga sipil menderita luka-luka. Bahkan, sedikitnya dua warga mengalami luka tembakan peluru karet pada bagian paha dan kaki.
"Kami sudah bilang kami wartawan, kami tunjukkan kartu kami, tapi semakin dipukuli. Katanya gak urusan kami. Saya ingat beberapa nama yang menginjak-injak dan yang mengancam akan mengeluarkan isi perut saya," ujar Array saat diwawancara di Rumah Sakit Mitra Sejati Jalan AH. Nasution, beberapa waktu lalu. (*)
Penulis : Vanda Batubara
Editor : Robinsar Siburian
Kategori: Hukum.