Target 2017 Penjualan BBM Nonsubsidi Pertamina Mencapai 50 Persen

Retail Fuel: "Provinsi berjuluk "Bumi Lancang Kuning" ini relatif paling lambat dalam melakukan migrasi konsumen BBM bersubsidi menjadi nonsubsidi, dibanding dengan provinsi lain di Sumbagut".
KABARRIAU.COM, Pekanbaru - PT Pertamina (Persero) Marketing Operation Region (MOR) I Sumatera Bagian Utara menargetkan di tahun 2017 bisa menjual bahan bakar minyak (BBM) nonsubsidi 50 persen dari seluruh penjualan di Riau.
"Target tahun depan, kalau sekarang sudah terealisasi 40 persen. Maksimal, mungkin fifty-fifty baik BBM penugasan atau nonsubsidi," ucap Retail Fuel Merketing Manager Pertamina MOR I Agus Taufik Harahap di Pekanbaru, Rabu (14/12/2016).
Menurutnya, provinsi berjuluk "Bumi Lancang Kuning" itu relatif paling lambat dalam melakukan migrasi konsumen BBM bersubsidi menjadi nonsubsidi, dibanding dengan provinsi lain di Sumbagut.
Seperti Sumatera Utara telah memiliki porsi 50:50 persentasenya, lalu Sumatera Barat tahun ini 55:45 persentase, dan Aceh baru miliki porsi sekitar 35:65 persentase.
Data terakhir Badan Pusat Statistik menyebut, jumlah penduduk di Riau tahun 2015 sudah miliki 6,34 juta jiwa lebih yang tersebar pada 12 kabupaten/kota, dengan laju pertumbuhan ekonomi cukup menjanjikan.
Saat ini Pertamina setempat telah memiliki 154 unit Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) di Riau, dan 137 SPBU sudah menyalurkan BBM jenis pertamax turbo dengan kadar oktan 98.
"Maunya kita, yang PSO (public service obligation) dan non-PSO bisa sama. Khusus untuk bensin sebelumnya 80:20 jadi 60:40, dan 50:50 di tahun 2017," kata Taufik.
Branch Manager Marketing Pertamina Area Pemasaran Sumbar-Riau, Ardian miminsarupo optimistis konsumsi BBM non-PSO di wilayah Riau bisa terus tumbuh.
"Kami targetkan perbandingan konsumsi BBM PSO dengan non-PSO tahun depan, bisa tumbuh seimbang menjadi 50:50," katanya.
Wianda Pusponegoro, Vice President Corporate Communication Pertamina mengatakan secara nasional konsumen cenderung memilih BBM ramah lingkungan dengan kadar oktan tinggi seperti Pertalite atau Pertamax karena kualitasnya lebih baik dibanding Premium.
Tercatat Juli 2016 penjualan Premium sekitar 64 ribu kiloliter per hari, lalu pada Agustus semakin terkikis menjadi 55 ribu kiloliter per hari, dan September tahun ini cuma tinggal 50 ribu kiloliter per hari.
Begitu juga dengan kondisi penjualan BBM Pertalite dan Pertamax yang terus mengalami lonjakan setiap bulan seperti di Agustus penjualan Pertamax 14 ribu kiloliter per hari, dan September capai 15 ribu kiloliter per hari.
"BBM Pertalite luar biasa sekali penjualannya. Juli itu tercatat 14,7 ribu kiloliter, lalu Agustus 19,2 ribu kiloliter, dan September sudah tembus 25,2 ribu kiloliter," tuturnya.(*)
Liputan : Brian.
Editor : Robinsar Siburian.