Idul Adha Tak Terjadi Inflasi Tinggi

Bisnis, Okeline - Diperayaan Idul adha, pengamat ekonomi menilai laju Indeks Harga Konsumen (IHK) Agustus diproyeksi tak mengalami inflasi tinggi.
"Iduladha dorongannya kurang begitu besar," kata Ekonom dari Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Bhima Yudhistira Adinegara memperkirakan dimuat CNNIndonesia.com, Jumat (1/9/2017).
Bahkan, ruang terjadinya deflasi masih mungkin terjadi, seperti Agustus 2016 lalu, yaitu deflasi 0,02 persen. Inflasi Agustus paling tinggi hanya menyentuh angka 0,04 persen secara bulanan (month-to-month/mtm). Sedangkan secara tahun berjalan (year-to-date/ytd), inflasi diperkirakan hanya sekitar 2,9 persen.
Menurut Bhima, dorongan inflasi dari Iduladha tahun ini tak besar lantaran harga sapi dan daging sapi di pasaran yang relatif stabil di kisaran Rp120 ribu per kilogram (kg).
Sementara, yang menjadi penyumbang terbesar bagi inflasi Agustus, dilihatnya berasal dari biaya pendidikan yang masih dikeluarkan masyarakat selama bulan ini. Faktor terjadinya inflasi juga datang dari tarif angkutan kota dan antar kota.
"Secara historis, ada kenaikan inflasi angkutan berkaitan dengan libur panjang," terang Bhima.
Sementara, untuk terjadinya deflasi, masih memungkinkan bila komponen gejolak harga pangan (volatile foods) mengalami penurunan harga dari sejumlah bahan pokok. Saat ini, beberapa harga bahan pokok, seperti beras, cabai merah, daging ayam, bawang merah, dan gula masih terjaga.
Ekonom Bank Pertama, Josua Pardede melihat, Agustus kemarin masih akan mengalami inflasi dengan kisaran 0,05 persen (mtm) dan 3,94 persen secara tahunan (year-on-year/yoy).
Namun, senada dengan Bhima, Josua melihat pengaruh inflasi Agustus tidak datang dari Iduladha, meski harga daging sapi dilihatnya mengalami sedikit kenaikan.
Ia menilai, inflasi Agustus lebih banyak dipengaruhi oleh komponen harga yang diatur oleh pemerintah (redaksiistered price) yang cukup terjaga.
"Didorong oleh normalisasi tarif transportasi udara dan antar kota setelah mencapai puncaknya pada mudik lebaran lalu," jelas Josua.
Dari sisi harga bahan pokok juga tak mengalami banyak perubahan, sehingga inflasi Agustus bisa lebih rendah dibandingkan Juli lalu, sebesar 0,22 persen (mtm). Survei Bank Indonesia (BI) mencatat, inflasi Agustus diperkirakan hanya sekitar 0,01 persen dan masih ada ruang untuk deflasi.
Pasalnya, berdasarkan survei BI, sejumlah harga bahan pokok mengalami penurunan dari bulan ramadan dan Idulfitri lalu, seperti bawang merah, bawang putih, telur, dan daging. Begitu pula dengan tarif angkutan.
Kendati begitu, rilis inflasi Agustus baru akan disampaikan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) pada Senin depan (4/9).