delikreportase.com

Copyright © delikreportase.com
All rights reserved
Desain by : Aditya

PBNU Tak Larang Santri Tonton Film G30S/PKI 

Jakarta, Okeline - Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) melalui Sekjen PBNU Helmy Faishal menanggapi rencana TNI yang akan menayangkan film besutan sutradara Arifin C Noer itu.

"Bebas sajalah. Yang mau nonton silakan, yang mau nonton sinetron silakan, yang mau pengajian juga silakan. Bebas aja," kata Helmy dimuat CNNIndonesia.com, Senin (18/9/2017).

Helmy mengamini, film Pengkhianatan G30S/PKI dinilai sarat kebohongan oleh sebagian kalangan, khususnya sejarawan. Di samping itu, banyak pula versi lain tentang G30S yang bertentangan dengan isi film tersebut.

Meski demikian, Helmy menganggap masyarakat saat ini, khususnya kalangan santri, sudah cerdas dalam menyikapi sejarah bangsanya. Mereka tidak lagi mudah dipengaruhi informasi hoax karena bisa mencari kebenaran di tengah keterbukaan informasi.

Helmy mengatakan, tidak ada masalah dengan wacana penayangan kembali film Pengkhianatan G30S/PKI. Dia menilai hal itu termasuk kebebasan berekspresi. Helmy justru khawatir jika ada pihak yang melarang penayangan film tersebut maka akan mencoreng demokrasi.

"Enggak tepatlah kalau melarang-larang dengan kondisi saat ini. Silakan saja ditonton. Masyarakat sudah cerdas," kata Helmy.

Helmy berpendapat, para pihak yang tidak setuju dengan film tersebut seharusnya membuat film terbaru yang lebih sempurna. Menurutnya, langkah tersebut perlu dilakukan sebagai wujud konkret upaya pelurusan sejarah.

"Sampai hari ini kan belum ada film baru yang menyempurnakan terhadap film yang ada," kata Helmy.

"Kalau ingin melakukan kontranarasi ya harus menyiapkan yang baru," lanjutnya.

Kepala Pusat Penerangan TNI Mayor Jenderal Wuryanto mengatakan, TNI AD akan menggelar acara nonton bareng film Pengkhianatan G30S/PKI.

Rencana tersebut menurut Wuryanto sebagai momentum untuk kembali mengingat sejarah. Dia menilai, saat ini banyak kelompok yang ingin memutarbalikkan fakta seputar Gerakan 30 September 1965 silam.

Wuryanto juga mengatakan, pelajaran sejarah dan Pancasila cenderung berkurang saat ini. Atas dasar itu, TNI mencoba mengingatkan kembali sejarah melalui penayangan film tersebut.


 

BERITA TERKAIT