Persadagangan Sore, Nilai Rupiah Melemah

Mata uang rupiah terhadap dolar AS pada Selasa sore melemah 35 poin dipicu dari ketidakpastian terhadap pemberian dana talangan bagi Yunani dalam menyelesaikan utangnya.
Nilai tukar rupiah ditransaksikan pasar spot mata uang antarbank Jakarta Selasa sore melemah sebesar 35 poin ke posisi Rp9.035 dibanding sebelumnya di Rp8.990 per dolar AS.
"Pergerakan mata uang dalam negeri terhadap mata uang asing termasuk dolar AS masih terpengaruh dari Yunani terkait kesepakatan pemberian dana `bailout`, belum adanya ketidakpastian memicu rupiah tertekan," kata analis pasar uang dari Bank Himpunan Saudara, Rully Nova di Jakarta, Selasa.
Ia menambahkan, ditengah ketidakpastian itu, investor akan cenderung memegang nilai tukar berkategori "safe haven" salah satunya dolar AS.
"Pelaku pasar uang tidak mau mengambil risiko dengan menempatkan dananya pada `emerging market` yang cenderung mempunyai risiko tinggi," kata dia.
Ia menambahkan, meski beberapa pelaku pasar mengaku optimis akan terjadi kesepakatan dalam perjanjian pemberian dana talangan bagi Yunani, hal itu belum dinilai cukup dikarenakan suhu politik disana yang belum stabil.
"Kondisi politik disana belum stabil, hal itu membuat mayoritas pelaku pasar masih cenderung memegang dolar AS meski sebagian ada juga yang optimisme akan terjadi kesepakatan pemberian dana `bailout`," ujar Rully.
Ia meyakini rupiah dalam waktu dekat akan kembali menguat (rebound) dipicu akan adanya kesepakatan pemberian dana talangan untuk menangani krisis utang Yunani.
Ia menambahkan, Bank Sentral China yang menurunkan level giro wajib minimumnya (GWM) sebesar 0,5 persen atau senilai 60 miliar dolar AS menambah sentimen positif bagi finansial global.
"GWM China itu akan meningkatkan likuiditas di apsar keuangan global," kata dia.
Sementara itu, kurs tengah Bank Indonesia pada, Selasa (21/2/12) tercatat mata uang rupiah bergerak melemah ke posisi Rp9.045 dibanding sebelumnya di posisi Rp9.035 per dolar AS.***
Nilai tukar rupiah ditransaksikan pasar spot mata uang antarbank Jakarta Selasa sore melemah sebesar 35 poin ke posisi Rp9.035 dibanding sebelumnya di Rp8.990 per dolar AS.
"Pergerakan mata uang dalam negeri terhadap mata uang asing termasuk dolar AS masih terpengaruh dari Yunani terkait kesepakatan pemberian dana `bailout`, belum adanya ketidakpastian memicu rupiah tertekan," kata analis pasar uang dari Bank Himpunan Saudara, Rully Nova di Jakarta, Selasa.
Ia menambahkan, ditengah ketidakpastian itu, investor akan cenderung memegang nilai tukar berkategori "safe haven" salah satunya dolar AS.
"Pelaku pasar uang tidak mau mengambil risiko dengan menempatkan dananya pada `emerging market` yang cenderung mempunyai risiko tinggi," kata dia.
Ia menambahkan, meski beberapa pelaku pasar mengaku optimis akan terjadi kesepakatan dalam perjanjian pemberian dana talangan bagi Yunani, hal itu belum dinilai cukup dikarenakan suhu politik disana yang belum stabil.
"Kondisi politik disana belum stabil, hal itu membuat mayoritas pelaku pasar masih cenderung memegang dolar AS meski sebagian ada juga yang optimisme akan terjadi kesepakatan pemberian dana `bailout`," ujar Rully.
Ia meyakini rupiah dalam waktu dekat akan kembali menguat (rebound) dipicu akan adanya kesepakatan pemberian dana talangan untuk menangani krisis utang Yunani.
Ia menambahkan, Bank Sentral China yang menurunkan level giro wajib minimumnya (GWM) sebesar 0,5 persen atau senilai 60 miliar dolar AS menambah sentimen positif bagi finansial global.
"GWM China itu akan meningkatkan likuiditas di apsar keuangan global," kata dia.
Sementara itu, kurs tengah Bank Indonesia pada, Selasa (21/2/12) tercatat mata uang rupiah bergerak melemah ke posisi Rp9.045 dibanding sebelumnya di posisi Rp9.035 per dolar AS.***