Warga Pekanbaru Menolak Penghapusan Premium

Peluncuran pertalite untuk menghapus peredaran premium di masyarakat. Sebab Produk premium dinilai tidak ramah lingkungan dan kerap timbulkan kecurigaan lantaran spesifikasinya yang sudah tidak ada di pasar internasional
KABARRIAU.COM, Pekanbaru - Sejumlah warga di Kota Pekanbaru, Provinsi Riau, menolak rencana pemerintah yang ingin menghapus bahan bakar minyak bersubsidi jenis premium di Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum karena dinilai akan mempersulit kehidupan masyarakat.
"Saya sangat tidak setuju karena kemarin sudah naik-turunkan harga bahan bakar minyak, sekarang premium ingin dihapuskan. Janganlah menambah beban rakyat kecil seperti kami secara terus menerus," kata seorang warga benama Basyaruddin, di Pekanbaru, Rabu (22/4/2015).
Basyaruddin yang berprofesi sebagai pedagang asongan keliling tersebut mengatakan, dirinya sangat kecewa dengan pemerintahan saat ini karena dampak dari kenaikan Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi masih dirasakan hingga saat ini yang sangat menimbulkan pengaruh terhadap kondisi ekonomi.
Menurut dia, naiknya harga BBM bersubsidi masing-masing sebesar Rp500 per liter seperti biosolar menjadi Rp6.900 dari sebelumnya Rp6.400 per liter dan premium RON 88 menjadi Rp7.300 dari Rp6.800 per liter diikuti dengan kenaikan harga barang terutama kebutuhan pokok.
"Dalam tahun ini saja, sudah berapa kali BBM turun naik. Siapa yang bingung dengan kebijakan itu?, ya masyarakat juga lah. Harga sembako sedikit banyak berpengaruh, angkutan umum sudah pasti ikut turun naik dan belum lagi yang lainnya," ucapnya.
Sofian, warga Kota Pekanbaru lainnya memberi komentar, sebaiknya pemerintah memikirkan matang-matang rencana pemerintah tersebut termasuk apa keuntungan yang di dapat masyarakat jika premium RON 88 jadi dihapuskan.
"Kepada pemerintah, pikirkan masyarakat kecil. Jangan hanya membuat kebijakan seenaknya saja. Apa tidak cukup naik turunkan harga BBM dan sekarang premium yang menjadi idola masyarakat ingin dihapuskan. Sebagai warga, apa yang kami dapat dari kebijakan itu?," katanya.
Wakil Presiden Jusuf Kalla sebelumnya mengatakan, pengalihan Bahan Bakar Minyak (BBM) dari jenis premium ke pertalite merupakan salah satu cara untuk memperbaiki kualitas bahan bakar.
"Premium itu masih RON 88, sehingga harus ditingkatkan. (Pertalite) itu berguna untuk memperbaiki kelancaran kendaraan masing-masing karena premium oktannya tinggi," kata Wapres.
Menurut wapres, karena pertalite kualitasnya lebih baik dari premium maka otomatis harganya juga lebih tinggi dan bahan bakar jenis itu merupakan produk baru dengan kualitas oktan diatas bahan bakar minyak premium.
Menurut dia, petralite tidak akan diberikan subsidi namun harga yang dipatok akan berada di bawah harga BBM pertamax pada kisaran harga dengan RON 90 sekitar Rp8.000-Rp8.300 per liter atau di bawah pertamax yang saat ini berkisar Rp8.600 per liter.
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Sudirman Said menyatakan, pihaknya telah memberi lampu hijau kepada PT Pertamina (Persero) untuk meluncurkan varian baru BBM pengganti premium bernama pertalite.
Peluncuran pertalite untuk menghapus secara bertahap peredaran premium di masyarakat. "Produk premium dinilai memiliki fitur yang tidak ramah lingkungan dan kerap timbulkan kecurigaan lantaran spesifikasinya yang sudah tidak ada di pasar internasional," ungkapnya.(rs)