Disperindagpas Inhu Awasi Peredaran Beras Sintetis

Pengawasan sudah dilakukan selama dua minggu terakhir ini. Hal ini dilakukan terkait maraknya peredaran beras sintetis disejumlah daerah, sehingga membuat keresahan masyarakat.
KABARRIAU.COM, Rengat - Pemerintah Kabupaten Indragiri Hulu (Inhu) melalui Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Pengelolaan Pasar (Disperindagpas) selama sepekan terakhir ini giat melakukan pengawasan terhadap peredaran beras sintetis (plastik, red) ke toko-toko eceran maupun para pedagang skala besar (grosir) serta pedagang di pasar-pasar tradisional diwilayah Kab Inhu.
Sebagaimana disampaikan Kepala Dinas Perindustrian Perdagangan dan Pengelolaan Pasar (Disperindagpas) Hasman Dayat, SE.MM melalui Kabid Perdangan Elpahri Adha, S.Sos, Kamis (21/5/2015). Pengawasan ini sudah dilakukan selama kurun waktu dua minggu terakhir ini. Hal itu dilakukan terkait maraknya peredaran beras sintetis disejumlah daerah di Pulau Jawa, sehingga membuat keresahan ditengah-tengah masyarakat.
"Ya benar, sejak dua minggu terakhir ini kami sudah melakukan pengawasan ke pasar-pasar dan pedagang grosir, terkait peredaran beras sintetis. Namun, sampai hari ini kami belum ada menemukan beras sintetis tersebut di jual oleh para pedagang," kata dia.
Selain melakukan pengawasan, pihaknya juga melakukan sosialisasi terhadap bahaya dan ciri-ciri beras sintetis tersebut.
"Para pedagang telah kami beri tahu bentuk dan jenis beras sintetis itu. Alhamdulillah, para pedagang memahaminya dan bersedia beras dagangannya kita periksa. Apa yang kami lakukan selama ini bertujuan agar para pedagang dapat lebih hati-hati sebelum membeli dari para agen serta memeriksa kembali kalau-kalau beras yang sudah mereka beli ada beras sintetis sebelum mereka jual kembali," terangnya lagi.
Ia berharap dengan adanya sosialisasi ini maka semakin banyak masyarakat yang akan lebih mengetahui jenis beras oplosan tersebut. Serta dapat terhindar dari penyakit akibat dari kandungan zat kimia berbahaya yang terdapat dari beras tersebut.
“Kalau seluruh masyarakat benar-benar mengerti akan efek buruk bagi kesehatan, maka kecil kemungkinan untuk mereka mengkonsumsi beras tersebut,” tutur Elpahri Adha, penuh harap.(*)
Liputan: wa