delikreportase.com

Copyright © delikreportase.com
All rights reserved
Desain by : Aditya

Investor Hongkong Minati Limbah Cair PKS di Riau

Pekanbaru - Riau kembali menjadi tujuan investasi para investor dari luar negeri. Jika selama ini tujuan investasi mereka hanya bahan baku yang berdaya jual tinggi, maka investor kali ini menginvestasikan dananya di bidang lingkungan yaitu pengolahan limbah pabrik kelapa sawit (PKS) menjadi biodiesel. Bidang yang selama ini kurang dilirik oleh para investor multi nasional.

Investor dari Hongkong tersebut yaitu perusahaan Iswealth (Holdings) Co. Ltd yang fokus pada pengelolaan lingkungan hidup. Iswealth ini telah berpengalaman dalam investasi pengelolaan lingkungan hidup seperti di Tiongkok, Malaysia dan Indonesia sendiri yaitu di Banten.

Kepala Dinas Perkebunan Provinsi Riau Zulher mengatakan selama ini limbah cair yang berasal dari Pabrik Kelapa Sawit (PKS) yang ada di Riau belum termanfaatkan. Padahal limbah ini bisa dimanfaatkan untuk pembangkit tenaga listrik maupun bahan bakar ramah lingkungan seperti biodiesel.

"Produksi rata-rata TBS mencapai 42,3 juta ton per tahun dari lahan seluas 2,3 jta hektare. Estimasi produksi limbah cairnya mencapai 25,23 juta ton dan selama ini belum bernilai atau tidak ada yang menjual," kata Zulher kepada wartawan, Jumat (11/4) seusai menerima investor dari Hongkong di ruang kerjanya.

Dia menambahkan saat ini pemanfaatan yang dilakukan hanya terbatas pada Pabrik Kelapa Sawit (PKS) untuk pemupukan perkebunan yang dimiliki maupun pembuatan biogas yang telah digagas oleh salah satu PKS di Riau.

Adapun, PKS yang tidak punya kebun tentunya akan membuang limbah tersebut setelah sebelumnya diproses dan dipastikan tidak berbahaya bagi lingkungan.

"Selama ini di Riau belum ada yang memproduksi biodiesel dari limbah cair, sehingga ini akan menjadi yang pertama. Rencananya investor akan bertemu dengan gubernur pada akhir bulan ini," kata Zulher.

Dia mengatakan investor asal Hong Kong berencana membangun pabrik tersebut dengan nilai investasi hingga US$20 juta.

Limbah cair yang dibutuhkan itu sekitar 200-400 ton per hari dengan produksi biodiesel hingga 20.000 ton setiap bulan.

Chairman Iswealth (Holdings) Co. Ltd Zhuo Shou Yong selaku investor yang berminat menginvestasikan modalnya mengatakan biodiesel tersebut akan mempunyai daya saing yang tinggi karena harga bahan baku limbah cair tentu lebih murah dibandingkan dengan minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO) sebagai salah satu bahan baku biodiesel.

"Kami ingin secepatnya berinvestasi di sini (Riau), tetapi belum bisa memutuskan lokasi mana yang stategis. Tergantung ketersediaan lahan dan bahan baku (limbah cair)," kata Zhuo melalui juru alih bahasa, Nurkhozin.

Iswealth Holdings nantinya akan menjual kembali ke luar negeri ke beberapa negara yang telah menjalin kerjasama dengan perusahaannya selama ini. Namun berdasarkan permintaan Kadisbun Riau yang menginginkan biodiesel yang dihasilkan nantinya juga dipasarkan di dalam negeri maka Mr. Zhuo akan mempertimbangkannya.

"Jika pasar Indonesia jauh lebih potensial lagi, maka tentu kami akan memenuhi permintaan dari sini," ujar Mr Zhuo.

Rencananya Zhuo akan meninjau salah satu PKS yang berada di Sungai Pagar, Kabupaten Kampar untuk mengukur kualitas limbah cair. Sebelumnya, Iswealth telah membangun pabrik pengolahan biodiesel di Provinsi Banten.

Pada saat pertemuan tersebut, Zulher memberi beberapa saran kepada Mr. Zhuo yaitu, dia mengharapkan Iswealth diharapkan dapat menggandeng salah satu BUMD di Riau, kemudian untuk kegiatan bongkar muat kegiatan Ekspor, dia menyarankan Iswealth untuk mempelajari pelabuhan di Pelindo Dumai, Kawasan Industri Tanjung Buton, Kawasan Industri Kuala Enok.

"Dan saya yakin, Investasi yang dilakukan oleh Iswealth ini akan prospek karena di Riau banyak bahan baku (Limbah Cair PKS) sedangkan pelaku usahanya belum ada," ujar Zulher optimis. [dnd/rls]